Pemilu 2019: Fenomena “Strong Voters” dan Polarisasi Masyarakat

Oleh : Deri.R.

Sudah lebih dari dua pekan masyarakat Indonesia menyalurkan hak konstitusinya dalam pesta demokrasi pemilihan umum (pemilu) serentak legislatif dan Pilpres 2019. KPU, BAWASLU, DKPP sebagai lembaga penyelenggara Pemilu masih bekerja keras melakukan perhitungan dan pengawalan suara masyarakat secara berjenjang sampai pada akhirnya pada tanggal 22 Mei nanti, kita akan mendapatkan Presiden dan Wakil Presiden (baru). KPU dan penyelenggara pemilu lainnya walaupun di tengah sindiran, cacian, makian dan kecurigaan mampu bekerja dengan penuh integritas, mengabaikan semua tekanan yang datang demi menjaga marwah dan wibawa sebagai penyelenggara pemilu yang baik. Pemilu 2019 sebagai sejarah yang berhasil dilalui oleh Indonesia sebagai bangsa, bagaimana tidak untuk pertama kalinya dalam sejarah demokrasi umat manusia diadakan pemilihan umum yang menggabungkan lima tipe pemilu dalam satu waktu. Pemilu raya seperti ini tentunya membutuhkan kemampuan dan sumber daya penyelenggara pemilu yang baik, tidak terlepas dari berbagai masalah dan kekurangan yang ada, Profesor Mahfud MD mengatakan bahwa pemilu serentak kali ini bisa dikatakan berjalan dengan lancar karena dari 813.350 TPS yang ada, tidak sampai satu persen yang bermasalah. Sekarang, mari kita lihat dan analisis kembali hal-hal menarik yang terjadi selama perhelatan Pemilu 2019 yang lalu.