Menyoal Fenomena Krisis Garam di Indonesia
Oleh: Deki.R.Abdillah
Mendengar negara maritim seperti Indonesia mengalami krisis garam terdengar sangat memilukan, Indonesia memiliki semua komponen untuk menghasilkan garam mulai dari laut yang luas, garis pantai yang panjang dan iklim trofis yang sangat mendukung dalam memproduksi garam. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa dengan menguapkan air laut dengan mengandalkan ketiga komponen itu garam bisa dibuat, lantas kenapa kemudian bisa terjadi krisis garam?
Setiap tahunnya Indonesia membutuhkan garam sebanyak 4,3 juta ton, mencakup garam industri kadar Natrium klorida (NaCl) diatas 97 persen atau garam komsumsi yang kadar NaCl-nya di bawahnya. Sebanyak 1,8 juta ton diantaranya dipasok dari dalam negeri, kebanyakan garam yang langka ditemui sekarang adalah jenis garam konsumsi. Fenomena krisis produksi garam dalam negeri ini sudah dimulai sejak pertangahan tahun 2017 yang lalu dimana ketika itu tambak garam milik PT Garam di Sumenep hanya mampu memproduksi 50 ton garam dari biasanya 2500 ton garam setiap bulannya (Tempo, 10 Agustus 2017).
Indonesia memang merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia dengan panjang 99.093 kilometer. Faktanya, hanya beberapa puluh ribu kilo meter saja yang bisa dijadikan tempat produksi garam. Hal ini disebabkan lokasi untuk produksi garam dipengaruhi beberapa hal seperti faktor air laut dan tanah lokasi.